Gadis Sendu episode delapan belas

Untuk pembaca yang penasaran dengan cerita sebelumnya klik Di sini


Suasana di ruang tamu senyap.. sesekali terdengar lenguhan dari mulut-mulut dengan bau alkohol menyengat. Beberapa tubuh tumpang tindih di atas sofa, kaki berada di wajah yang lain, tangan menjulur tanggung menyentuh tanah. Di lantai berserak tubuh lain juga, mereka tak seutuhnya terlelap, melayang begitu mereka mendiskripsikan kondisinya saat ini jika ditanya.
Meja tamu yang berbentuk lingkaran sempurna dengan diameter 70 cm tak lagi berdiri sebagaimana mestinya, kaki penyangganya terbalik menjadi di atas, sekelilingnya penuh dengan botol-botol kosong bergelimpangan. Cipratan air haram tercecer dimana-mana, bau tak sedap mengudara memenuhi ruangan yang sebenarnya cukup luas tersebut.
Gubrak....
Pintu rumah di dobrak paksa oleh beberapa warga yang mulai curiga dengan kegiatan lepas tengah malam di rumah ini, diikuti beberapa petugas polisi yang mendapat keluhan.
Tak berkutik, jelas kesadaran mereka terbang entah kemana. Dengan mudah petugas menggelandang mereka menaiki mobil polisi dengan tangan sudah terborgol.
Berapa totalnya, Cal?”
Mungkin belasan kak, aku sulit menghitung pastinya.”
Desuu membisu di balik pepohonan yang melindungi mereka dari pandangan orang lain. Ia tak menggubris Ical dan Kira yang sibuk sendiri, hingga Ical menangkap sosok Kak Frans yang juga terlihat limbung di antara yang lainnya, ada perih di ulu hatinya.
Desuu melangkah meninggalkan kerumunan warga yang asyik menjadi penonton, Ical masih terpaku menatap tajam punggung Kak Frans.
Aku anter kamu pulang,” tawar Kira. Desuu hanya mengangguk lemah.
Penggerebekan ini sudah diatur oleh Desuu, informasi terpercaya ia dapatkan dari Ical yang sering mencuri dengar saat gerombolan tersebut berbicara ngawur di balik kebun jati yang ia rawat. Malam ini, yang disebut ayah oleh Kak Frans mengadakan pesta karena mereka telah berhasil membobol mesin ATM di kota.
Kira diajaknya agar jelas semua, tak ada lagi yang akan ia tutup-tutupi. Semua sudah usai termasuk kesempatannya berada di desa ini. Harapan tentang janji Kak Frans bahwa semua akan baik-baik saja menguap sudah. Bagaimana ia bisa percaya kapas putih akan tetap bersih jika berada dalam kobaran api?
Desuu... apa kau baik-baik saja?”
Sekali lagi yang ditanya hanya mengangguk, pasrah.
Tenang saja Desuu, esok saat matahari menyinari dunia entah bagaimanapun caranya akan kuhapus mendung di hatimu.
Sungguh Kira tak tahu bahwa esok, hatinya yang akan diselimuti mendung.

Bersambung... 

 
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar